SUARA PROBOLINGGO – Tingginya angka pernikahan dini dan dispensasi nikah di Kabupaten Probolinggo mendapat sorotan banyak pihak, salah satunya Gus dr. Muhammad Haris. Dia mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mengentaskan fenomena tersebut.
Menurut pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong tersebut, fenomena ini didorong oleh berbagai faktor yang saling terkait seperti adat istiadat, kondisi ekonomi, dan tingkat pendidikan.
“Norma sosial yang kuat dan adat yang mengakar dalam masyarakat sering kali mendorong praktik tersebut. Ketidakstabilan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan juga turut berkontribusi pada tingginya angka perkawinan anak,” ungkap Gus Haris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia juga menambahkan bahwa dampak dari perkawinan anak sangat merugikan, baik bagi individu yang bersangkutan maupun masyarakat secara keseluruhan, mencakup masalah kesehatan reproduksi, terputusnya pendidikan, serta berlanjutnya siklus kemiskinan.
“Pentingnya peran pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat dalam menekan angka perkawinan anak di Kabupaten Probolinggo, seperti melalui peningkatan akses pendidikan dan ekonomi,” jelasnya.
Gus Haris juga menekankan pentingnya langkah konkret dari pemerintah dan berbagai pihak terkait untuk menurunkan angka perkawinan anak. “Peningkatan akses terhadap pendidikan dan ekonomi merupakan langkah esensial yang perlu segera diambil untuk memutus siklus negatif ini,” tambahnya.
Sebagai calon bupati, Gus Haris berkomitmen untuk memprioritaskan program-program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan dan ekonomi, sebagai upaya pencegahan terhadap perkawinan anak di Kabupaten Probolinggo.
“Diharapkan nantinya masyarakat semakin sadar akan bahaya pernikahan dini dan mampu mendorong para pembuat kebijakan serta seluruh elemen masyarakat untuk aktif berperan dalam pencegahan pernikahan dini,” tandasnya. (*)